Risalah Persahabatan

19 Oktober 2012 — Hari itu aku dan dua orang sahabatku tengah bersiap menuju Bandung untuk datang ke wisuda sahabat-sahabat kami yang berkuliah di ITB. Rencananya, kami akan menggunakan Kereta Api Argo Parahyangan. Kami pun memilih stasiun kereta api Jatinegara sebagai titik awal keberangkatan. Selain lokasinya yang tidak terlampau jauh dari rumah kami bertiga, pilihan ini juga memberikan kami ruang untuk memilih transportasi alternatif seandainya tiket kereta api habis. Maklum saja, perjalanan kali ini cukup berbeda dari yang pernah kulakukan. sebelumnya sebab hingga tiga jam sebelum keberangkata Argo Parahyangan yang terakhir menuju Bandung, kami belum memiliki tiket. Satu pun.

Pukul 17.00 WIB, kami tiba di Stasiun Jatinegara dan langsung menuju loket. “Sudah habis, Mas“, tukas petugas loket. “Ga ada sama sekali?”, sergahku memastikan. Petugas itu hanya menggelengkan kepala. Well , let’s try the second plan!

Setelah googling beberapa nomor kontak travel agent, kucoba menghubunginya satu per satu. Setelah beberapa saat mencoba, kami mendapati hampir seluruh agen perjalanan berstatus full booked, kecuali untuk perjalanan jam setengah 12 malam yang menyisakan dua seat. “Jadi mau dibook atau tidak Mas?”, tanya petugas travel agent di ujung telepon. “Saya diskusikan sebentar dengan teman saya dulu ya mba. Nanti saya kontak lagi“, demikian jawabku. Kami pun saling memandang membayangkan sisa dua kursi untuk tiga orang. “Masa pangku-pangkuan?”, demikian aku membayangi dalam hati.

Beberapa saat kemudian, ada seorang lelaki yang mendekati kami. Ia ternyata calon penumpang KA Argo Parahyangan yang juga kehabisan tiket. “Saya mau mengunjungi anak saya. Dia kuliah di Bandung“, demikian ia bercerita pada kami waktu itu. Aku hanya tersenyum mendengarnya. “Ya Allah, paman ini hendak mengunjungi anaknya, sementara kami memenuhi janji kepada sahabat kami untuk hadir pada upacara wisudanya. Perkenankanlah kami, Rabbi“, demikian pintaku dalam hati. Kegalauan kami sesaat tertangguhkan seiring berkumandangnya adzan Maghrib. “Magrib dulu aja yuk“, ajak salah seorang sahabatku.

Waktu itu, aku cukup galau dalam shalat. Bagaimana tidak. Kami bertiga sudah niat dan berjanji akan datang ke wisuda, terutama kepada sahabat kami yang bernama Aji dan Aji telah datang pada acara wisudaku dan teman-teman yang lain di Balairung  Universitas Indonesia. Dalam hati aku mendaku, “Ya Allah, kami mengaku salah dengan tidak mempersiapkan segalanya dengan baik“. Seusai shalat, aku duduk memandangi Stasiun Jatinegara sambil mengikatkan tali sepatu. Temaram lampu menghiasi Stasiun Jatinegara dibawah langit berwarna jingga. Dalam hati aku bergumam, “Ya Allah, kami hanya ingin memenuhi janji pada sahabat kami saja, tidak lebih“.

Tak lama kemudian aku bersiap menghubungi travel agent yang masih menyediakan dua kursi tadi. Kami berencana berangkat usai shalat Shubuh esok harinya. Namun, belum sempat kutekan tombol re-dial tiba-tiba saja paman yang hendak mengujungi anaknya tadi memanggilku dari kejauhan. “Mas … mas … loketnya dibuka lagi. Masih tersedia beberapa tiket ke Bandung!”, teriaknya sambil memegang sepucuk tiket KA Argo Parahyangan. “Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”, betapa aku tidak percaya mendengarnya. Aku pun langsung bergegas menuju loket stasiun dan meninggalkan kedua temanku yang baru saja keluar dari Mushalla. Keduanya juga tampak tidak percaya dengan berita yang dibawa paman tadi.

Beberapa saat kemudian wajahku tampak cerah ketika menunjukkan tiga tiket pada keduanya….

AP Ticket Bandung

Tiga Tiket Argo Parahyangan Keberangkatan 20:37 WIB

Bandung Station

Kami tiba di Stasiun Bandung Pukul 23.40 waktu setempat

Esok harinya, kami menuju Sabuga ITB bersama kedua orang tua Aji

20 Oktober 2012, sahabat kami Aji Darmawan diwisuda. Selamat!

Sembilan tahun yang sangat menyenangkan. Sebagaimana sebuah pohon, persahabatan ini bertumbuh. Akarnya bertumbuh di hati, dahannya menjulang tinggi saling menguatkan. Kelak, semoga manis buah kami petik darinya, untuk kehidupan saat ini dan setelahnya.

Graduation

As we grow up, we don’t lose friends. We just learn who the real ones are.

Ahad, 28 Ramadhan 1435 Hijriah

Leave a comment